Lagi pula percuma, tadi saja di angkot aku kalah lawan kancing. Ah segar. Bokep korea Kalau kini aku berani pasti karena dadanya terbuka, pasti karena peluhnya yang membasahi leher, pasti karena aku terlalu terbuai lamunan. Bodoh, bodoh, bodoh. Tapi tidak apa-apa toh tipuan ini membimbingku ke ‘alam’ lain.Dulu aku paling anti masuk salon. Sopir menepikan kendaraan persis di depan sebuah salon. Benarkan kesempatan itu lewat. Ke bawah: Tidak. Garis setrikaannya masih terlihat. Menantang dengan mata genit sambil mendekati pintu salon. Ke bawah lagi: Hah habis kancingku habis. Aku mengikutinya. Ah sialan. Lalu pijitan turun ke bawah. Aku pertegas bahwa aku mengendus kuat-kuat aroma itu. Ayo. Aku masih mematung. Aku duduk di belakang, tempat favorit. Garis setrikaannya masih terlihat. Di balik kain tipis, celana pantai ini ia sebetulnya bisa melihat arah turun naik Si Junior. Membuka celanaku dan bajuku lalu gantung di kapstok. Ia tidak bercerita apa-apa. Aku membayangkan dapat menjepitnya di sini. Ke bawah lagi: Turun. Sekali. Toh ia sudah seperti pasrah berada di dekapan kakiku.Aku harus, harus, harus..!
