Aku ciumi ibu mertuaku dengan penuh nafsu. Buah dadanya besar sesuai dengan pinggulnya. Bokep Sampai di rumahku, aku turun membuka pintu, dan langsung masuk garasi. Kaki ibu mertuaku dikangkangnya lebar-lebar, dan aku sudah tidak sabar lagi untuk masuk ke vagina ibu mertuaku. “Sudaah, sudaah, jangan nekad saja. Dalam perjalan pulang itu, aku memberanikan diri bertanya, “Bu, ngapain sih dulu ibu kok cium Tomy?”. Ibu boleh percaya boleh tidak, kadang-kadang
kalau Tomy lagi sama Riris, malah bayangin Ibu lho. Bener-bener nih. “Ayo jalan lagi…, Hati-hati yaa”, kata ibu mertuaku. Tangan kananku mengelus wajahnya, pipinya, hidungnya dan bibir ibu mertuaku. “Aduuh Toom, ibu juga…, Peluklah ibu Tom, peluklah ibu” nafasnya semakin memburu. menyemprotlah sudah spermaku ke vagina ibu mertuaku. “Sudaah, sudaah, jangan nekad saja. Aku juga nggak enak pakai kamar tidurmu. Malam itu kami mandi bersama, saling menyabuni, menggosok, meraba dan membelai. Ibu aku rebahkan di tempat tidur. Ibu mertuaku juga sayang sama kami, walaupun Riris adalah anak tirinya. Hari-hari berikutnya aku bersikap seperti biasa, demikian juga ibu mertuaku.
