Aku angkat badanku. “Padahal dua-duanya ngebet lo Bu. Bokep Tomy jadi pengiin
banget sama ibu lho…, Gimana niih, punya Tomy sakit kejepit celana nihh”, aku makin berani. Istriku, Riris, sedang ditugaskan dari kantor tempatnya bekerja untuk mengikuti suatu pelatihan yang dilaksanakan di kota lain selama dua minggu. Suasana begitu hening dan romantis, kami berpelukan lagi, berciuman lagi, makin menggelora. Kami berpandangan. “Toom…, ibu juga. “Okey…, buka dulu ritsluitingnya” , katanya. Kami saling menjaga diri. Hemm, sungguh menggairahkan. Ibu mendorongku pelan, memandangku dengan mesra. Benar-benar, selama ini kami saling merindukan. Aku mulai turun naik dengan teratur, keluar masuk, keluar masuk dalam vagina yang basah dan licin. Karena sendirian itu, dan maklum karena otak laki-laki, pikirannya jadi kemana-mana. Spermamu pada tumpah di sprei, Keringatmu juga basahi tetek ibu niih”. Aduuh, gelii… nikmat sekali. “Bu kita pakai kamar tengah saja yaa”. Seperti aku membayangkan selama ini, vagina ibu mertuaku benar menonjol ke atas terganjal pantatnya yang besar. “Aduuh Toom. Kadang-kadang aku demikian kurang ajar membayangkan ibu mertuaku disetubuhi ayah mertuaku, aku bayangkan kemaluan ayah mertuaku keluar masuk vagina ibu mertuaku, Ooh alangkah…!