“Kemana?”
“Rumah. Pinay porn Aku menyalakan tape mobilku. Sumpah, sampai sekarang aku tak pernah pacaran sama cowok. Padahal diproyeksikan untuk menjadi calon presiden. Aku berhenti, lalu aku bertanya kepada Mikha
“Mikha kamu udah pernah dijilatin itunya?”
“Belum…, kenapa?”. Memang aku lihat ada beberapa kelompok, masing-masing dengan bendera partai mereka dan atribut yang bermacam-macam. Tapi photo kita dulu…”
Mereka beraksi saat kuarahkan kameraku kepada mereka. Harapan-harapan mereka, tanggapan mereka, dan pendapat mereka. Ini mungkin karena ukuran batang kemaluanku yang menurut Mikha besar, panjang dan kekar. Kantornya “x” (nama koranku), khan. Politik? Saat itulah pandanganku bertemu dengan tatap mata seorang gadis yang bergerombol dengan teman-temannya di atap sebuah mini bus. Kunikmati kecantikan wajahnya. Harapan-harapan mereka, tanggapan mereka, dan pendapat mereka. Aku maklum, karena tahu latar belakang pemimpin yang mereka maksudkan itu. Dengan lincah Mikha telah duduk di sampingku. “Eh, Mas, Mas Joe! “Mas Joe…, cabut…, keluarin di luar…”
Dengan cepat kucabut batang kemaluanku lalu sedetik kemudian kurasakan kenikmatan luar biasa, aku menjerit tertahan
“aahh…, ahh…” Aku mengerang. Aku merengut, hendak marah, tapi tak jadi, pahanya yang mulus terpampang di depanku, membuat gondokku hilang. Jangan didiemin aja.”
“Gimana caranya?” Tanyanya polos. Dengan korban beberapa orang tentu saja. Tanpa kuduga ia mendorongku untuk bersandar ke bangku, dengan sigapnya tangannya membuka sabuk yang