Buk!, tanganku tanpa sengaja menyenggol payudaranya, wah besar sekali. Pinay porn “Ngg…, nggak kok…”, jawabku gelagapan. “Sama-sama, udah dikunci semua kelasnya, Dian?”. Saat kami sudah benar-benar saling telanjang, ia mulai menelungkup ke meja sekretariat, melihat posisinya itu, segera kutarik kakinya ke atas dan kupangku di atas bahuku, lalu aku mulai pelan-pelan memasukkan penisku ke liang surganya yang mulai basah, bless, jeb! jeb! Oh ya, pintu sudah dikunci semua? “Sama-sama, udah dikunci semua kelasnya, Dian?”. Belum lagi kalau aku berdiri di hadapannya (saat memberi instruksi), ia selalu memperhatikan bagian bawah perutku, mula-mula aku risih dibuatnya, karena takut kalau-kalau ketahuan oleh isteriku, tapi saat kupandang wajahnya, ia malah tersenyum-senyum genit. Kami kebetulan saat itu berada di ruang tunggu orang tua murid yang berdekatan dengan ruang sekretariat tempat kerjanya sehari-hari. Kemudian tangannya memegang leherku, sambil menaik turunkan pantatnya yang bahenol itu. Buah dadanya sangat besar. Pada suatu hari Rabu, sekitar seminggu yang lalu, saat kami hendak pulang dari kantor, hujan turun dengan lebatnya, office boy sudah pulang duluan. Ingin kusemprotkan maniku sebanyak mungkin ke dalam surga dunianya tersebut.Dan memang ternyata Dian akhirnya lebih dahulu mencapai puncak kenikmatan, dipeluknya leherku kuat-kuat, “Ah.., Pak Ivan…, nikmat sekali…”, erangnya kenikmatan.