Hah..? Ia kerja di sana? Indian Porn Mobil bergerak pelan, aku masih melihat ke arahnya, untuk memastikan ke mana arah wanita yang berkeringat di lehernya itu. Aroma asli seorang wanita. Ia cukup lama bermain-main di perut. Ah sialan. Angin menerobos kencang hingga seseorang yang membaca tabloid menutupi wajahnya terganggu.“Mas Tut..” hah..? Atau apalah? “Siapa Mbak..?” kataku sambil menancapkan Junior amblas seluruhnya. Keberuntungankah? Sudahlah. Bibirku melumat bibirnya.“Jangan di sini Sayang..!” katanya manja lalu melepaskan sergapanku. Ya, seseorang toh dapat saja lupa pada sesuatu, juga pada sapu tangan. Ia tidak membalas tapi lebih ramah. Masih melongo.“Itu jendelanya dirapetin dikit..,” katanya lagi. Cukuplah kalau tanganku menyergapnya. Sekarang sudah lebih lancar. Seperti kulihat ketika ia baru naik tadi, setelah mengejar angkot ini sekadar untuk dapat secuil tempat duduk.“Terima kasih,” ujarnya ringan.Aku sebetulnya ingin ada sesuatu yang bisa diomongkan lagi, sehingga tidak perlu curi-curi pandang melirik lehernya, dadanya yang terbuka cukup lebar sehingga terlihat garis bukitnya.“Saya juga tidak suka angin kencang-kencang. Ah sial. Aku tahu di mana ruangannya. Tetapi tidak lama, suara pletak-pletok terdengar semakin nyaring. Ia menyentuhnya. Bayar arisan.
