Antara percaya dan tidak pada apa yang kulihat. Yang pasti, aku menghomati dan mengaguminya sekaligus.Hingga pada suatu malam. Pinay porn Please !”, kak Dewi mengguncang bahuku. Diantara desahan dan rintihan aku menyebut-nyebut nama kak Dewi. Mungkin seharusnya ia tersenyum tapi aku tidak melihatnya. “ssshhhh… kaka…mkasihhhh…. Aku keringatan. Lalu dengan gemetar kubuka Langerie yang dikenakan kak Dewi. Aku keluar dari kamarku dilantai atas, lalu turun untuk mengambil minuman dingin di kulkas. Kulihat kak Dewi masih menindih batal guling. tapi matanya itu ! Sehingga pikiran kotorku kemudian mengacu kepadanya. Akupun menyerah, kukembalikan channel ke TransTV. “Pake malu-malu lagi !”, kak Dewi memaksaku melepaskan bantal. Lalu aku bergerak kesebelah kiri kak Dewi. “ng..mmm ini lagi !”, aku tak berkutik. Pandang dari kiri dan kanan. Tapi please jangannnn shhh !”,
Kak Dewi berbisik dengan nafas memburu. Aku terlentang diatas spring bad kak Dewi. Ah kenapa aku ingin nampak keren. Ngapain lagi tuh ?!!, aku tertegun.Entah kenapa, rasa takut dan jengah perlahan berganti dengan geletar-geletar tubuhku. Kemudian posisinya berubah lagi, ia menindih bantal guling. Lalu kukunci pintu. “Hallo…!”, kataku
“Ini tedy yah ?, kak Dewi ada ?”, suara itu terdengar lembut.
