Ke bawah: Tidak. Lihatlah ia tadi begitu teliti membenahi semua perlatannya.Apalagi yang dapat tertinggal? Indian Porn Toh, si setengah baya itu pasti sudah lebih dulu tiba di salonnya. Masih ada esok. Masak tidak ada yang bisa dibicarakan. Lihatlah ia tadi begitu teliti membenahi semua perlatannya.Apalagi yang dapat tertinggal? Kedua kali ia memasukkan jari tangannya. Pijitan turun ke perut. Bodoh amat. Yes.., akhirnya. Membuka celanaku dan bajuku lalu gantung di kapstok. Tidak terlalu ayu. Kemudian menyerahkan celana pantai.“Mbak Hawin, pasien menunggu,” katanya.Majalah lagi, ah tidak aku harus bicara padanya. Tetapi berlari. Betul-betul keras. Kuusap sisa cream. Esoknya, dari rumah kuitung-itung waktu. Aku masih penasaran, ia seperti tanpa ekspresi. Tidak apalah hari ini tidak ketemu. Mulutnya persis di depan Junior hanya beberapa jari. Ke bawah lagi: Tidak. Tapi tidak apa-apa toh tipuan ini membimbingku ke ‘alam’ lain.Dulu aku paling anti masuk salon. Si Junior melemah. Tetapi sejak tadi aku tidak melihat wanita yang lehernya berkeringat yang tadi mengerlingkan mata ke arahku.Ke mana ia? Alamak.., jauhnya. Aku mengikutinya. Aku tidak berani menatap wajahnya. Sudahlah. Hap.“Mau pijit lagi..?” ujar suara wanita muda yang kemarin menuntunku menuju ruang pijat.“Ya.”Lalu aku menuju ruang yang kemarin.
