Terjanganku semakin lambat, memberikan keleluasaan bagi Santi untuk menikmati sisa-sisa orgasmenya. Santi terpejam menikmati kecupanku dan bibir sensualnya terbuka, mengundangku untuk melumatnya. Pinay porn Ayoo lebih cepat..!”
Dengan menguras seluruh kemampuanku, aku terus mempercepat tusukanku. Wah pasti deh aku kejar terus. Jam sudah menunjukan pukul 02:00 pagi. Santi hanya menggeleng dan semakin erat memelukku. Namanya Santi, tubuhnya proporsional, tinggi sekitar 160 cm. Santi membalasnya dengan penuh gairah. Bagaimana jika Santi telanjang di hadapanku..? Sayang..!”
“Bareng, Kak..! Kadang Santi stress memikirkannya, tapi rasa sayangnya kepadaku membuat dia bertahan dalam kecuekan. Ternyata disinilah kelemahanku. Segera lidahku mulai menelusuri lehernya yang jenjang, buah dadanya yang sangat montok kucium dengan lembut. Langsing, dengan kulit putih bersih kontras dengan bulu-bulu hitam yang menghiasinya dan buah dadanya, wah pasti membuat jakun lelaki naik turun jika memandangnya, 36-C ukurannya.Sebagai bawahanku langsung, mau tidak mau aku jadi sering berhubungan dengannya. Kulihat kali ini mimik wajahnya serius. Dengan penuh gairah, kulumat perlahan bibirnya. Aku hampir tidak tahan. Santi membalasnya dengan penuh gairah. Dengan penuh gairah, kulumat perlahan bibirnya. Ayo dong..! Gerakak pantatku sudah tidak beraturan lagi, hingga akhirnya, saat tusukanku semakin keras, dan puting dadaku dipilin keduanya oleh jari Santi, aku melepaskan puncak orgasmeku.
